ASSALAMUALAIKUM AKHI DAN UKHTI...SELAMAT DATANG DI BLOG DUNIA AKADEMISI

Senin, 14 April 2014

pentingnya EQ

http://zahrialsyahalam.com/wp-content/uploads/2013/12/The-Brains-Three-Processing-Modes.png
Faktor utama dalam memahami aspek penting adalah perbedaan antara intelligence quotient (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ). Kita sering mendengar tentang I.Q. tersebut sebagai faktor penentu dalam kemampuan seseorang untuk mengelola pendidikan sekolah formal, kemampuan untuk belajar, proses dan mengulang informasi. Para ahli menemukan , bahwa banyak dari apa yang kita lihat dan dengar akan langsung ke pusat emosional,  tanpa melewati neokorteks di mana logika dan rasional pengambilan keputusan terjadi. Ini berarti bahwa kita sering merasa dan bertindak sebelum kita berpikir, karena itu sering terlihat ketika argumen terjadi keributan, mau menang sendiri, merasa paling benar, merasa paling tahu, merasa paling hebat, dan lainnya ,Ini respons emosional awal, memang, tak terkendali pada awalnya (itu sebabnya itu disebut “awal” respon). Hal ini otomatis dan didasarkan pada begitu banyak variabel dalam satu kehidupan seseorang , yang di pengaruhi  predisposisi genetik, alam lingkungan, dll. Tidak ada pengetahuan buku di dunia dapat membantu seseorang mengintegrasikan “kepala” dan “hati” kecuali orang tersebut  sadar dan bersedia menerima pentingnya kecerdasan emosional.
Memang, kecerdasan emosi  hanya diri sendiri yang dapat mengaturanya , empati, mendengarkan orang lain tanpa menyela dan mengkritik, tanpa kebencian atau pembunuhan karakter, emosi juga menentukan hidup kita setiap  saat  seperti halnya IQ  kita. Hubungan IQ dan EQ sangatlah berkaitan, seseorang yang dapat menjaga emosional tentu saja hasilnya lebih baik dari yang tidak bisa menjaganya.
Kecerdasan emosi perlu di tanamkan sejak kanak-kanak sebagai pondasi dasar dalam kehidupan seseorang di masa depan. Inilah salah satu faktor kelemahan dalam pendidikkan di Indonesia, dimana hanya terfokus pada IQ semata , sedangkan EQ nya tidak diurus. EQ yang terlatih akan terlihat :
1) Kemampuan untuk mengidentifikasi dan menentukan perasaan, kemauan untuk meluangkan waktu untuk memperhatikan perasaan dan untuk menghargai  lainnya .
2) Keberanian untuk mengungkapkan perasaan kepada orang lain jika diperlukan. Seseorang yang memiliki EQ dapat mengungkapkan perasaan  secara jujur ​​ baik positif dan negatif ,  kapan waktunya dan manfaat untuk melakukannya.
3) Kemampuan untuk mengelola suasana hati tanpa menyakiti orang lain. Buruk serta baik , mood bumbu kehidupan dan membangun karakter. Kuncinya adalah keseimbangan. Teknik pembelajaran melihat kedalam  hal yang berbeda, gangguan, dan relaksasi .
4) Kemampauan Emapati , empati-berbagi rasa sakit dengan yang lain merupakan  salah satu tingkat tertinggi EQ.
5) Kemampuan untuk mengontrol impuls yang berbahaya.
6) Kemampuan untuk mengatasi  peristiwa yang menyakitkan. Tidak ada yang menjalani kehidupan bebas dari rasa sakit.
7) Motivasi diri,  dengan kita menciptakan realitas kita sendiri.
8)  Independen diri
Menjadi intelektual yang cerdas secara belum tentu memiliki  emosional yang cerdas juga . Bahkan, cukup banyak orang dengan I.Q. tinggi kebetulan punya sangat rendah E.Q. (Kecerdasan emosional). Banyak orang hanya berfokus pada IQ semata padahal EQ merupakan hal yang penting. Pendidikkan dasar anak ketika kurang dari 3 tahun , terutama dari orang tua dan lingkungan juga amat sangat penting untuk memberikan pondasi dasar pada EQ ini. Walaupun anak terlihat masih kecil namun otak kecil akan merekam semua yang di lihat dan di dengar. Lingkungan keluarga yang baik tentunya akan membuat EQ anakpun akan baik. Hal ini yang sering kali tak di sadari oleh orang tua, karena menganggapnya masih balita, masih kecil dan belum mengerti, namun itu salah besar.
Jika kita melihat negara maju, bagaimana mereka disiplin, semuanya juga sudah di berikan dalam fondasi dasar, dan merupakan salah satu kecerdasan emosional ini. Di negara maju, kedisplinan di tanam dari mulai bayi lahir. Dalam memberi makan ataupun minum memiliki waktu, tidak ada semaunya. Samahalnya pada anak-anak di bawah 3 tahun. Jika anak tak minum susu atau makan pada jam yang telah di tentukan, orang tua tak memberikan lagi, dan itu sebenarnya salah satu pelatihan emosional juga, dan banyak hal dalam kehidupan sehari hari yang di anggap biasa dan tak ada pengaruhi, kenyataan akan mempengaruhi di masa akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar