Menurut Harianto, hingga kini diperkirakan 1.000 hektare lahan karet milik warga hangus terbakar. Warga kesulitan memadamkan api karena tidak didukung peralatan yang cukup. Masyarakat hanya bekerja dengan peralatan seadanya, terlebih lahan yang terbakar merupakan lahan gambut ditambah sumber air susah ditemukan. Masyarakat terpaksa bekerja siang dan malam mencegah api terus meluas. "Kami tidak bisa memadamkan, hanya bisa menghambat perjalanan api agar tidak meluas," ujarnya.
Menurut Harianto, masyarakat hanya berharap pemadaman lewat udara melalui helikopter penyiram air, sebab akses jalan menuju titik api sulit ditempuh. Namun sejauh ini, kata dia, belum ada upaya pemadaman dari udara. Personel pemadam yang turun ke lokasi kebakaran juga tidak mencukupi. "Kami sangat mengharapkan pemadaman dari udara, namun hingga kini kampung kami belum dapat bantuan pemadaman dari pemerintah," katanya."Cukuplah kebun kami yang jadi sumber pendapatan hangus, jangan sampai kampung kami juga ikut terbakar."
Kepala Bidang Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, mengaku kebakaran lahan di Riau kembali meluas setelah sempat padam sepekan lalu. Jumlah titik api kembali meningkat. Satelit NOAA 18 memantau 173 titik panas tersebar di Riau. Jumlah ini cenderung bertambah dari hari sebelumnya yakni 63 titik api.
Sutopo mengaku, Kepala BNPB Syamsul Maarif telah memerintahkan operasi pemadaman lebih ditingkatkan. Patroli malam dilakukan personil tentara di lokasi rawan kebakaran agar tidak dibakar lagi. Sebanyak 2.856 personil satgas darat masih memadamkan titik api. "Kemudian personil TNI Zipur dan Armed dipindahkan ke Dumai untuk memadamkan titik api baru," katanya.
RIYAN NOFITRA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar